Thursday, January 22, 2015

Friday, January 16, 2015

Thursday, January 15, 2015

Catatan perjalanan :

 Dan,.. waktu pun terhenti di jalan Tamblong 

15 September 2012 pukul 17:18 Oleh : Yopie doank

Malam masih hidup tapi tinggal kerangka di jalan Tamblong 

Sepenggal lirik lagu nya Remy sylado,, itu langsung membawa ku terbang ke masa lalu aku merasa asing di kota kelahiran ku sendiri bukan hanya karna beberapa gedung tua tempat aku bermain di jalan Naripan telah lenyap . atau taman kota di jalan Wastukencana yang terasa makin menyempit dan semrawut nya lalulintas kota bandung yang sudah makin ,, Heurin ku Jalma ling lung.,, ( Di padati orang2 bingung ) juga orang orang yang ku kenal telah menghilang pergi entah kemana karena sejak pemukiman tempat ku lahir dan tumbuh sebagian besar sudah di jual oleh tuan tanah nya pada sebuah instansi ke uangan .hanya segelintir orang saja yang tetap bertahan tinggal itupun aku sudah lupa nama2 mereka .

aku berjalan perlahan melintas lewati sebuah tanah kosong yang dulunya lapangan Badminton di tempat itu aku waktu kecil sering bermain bola plastik bila hujan turun , kini hanya sepetak tanah di tutupi Coneblock . ada beberapa mobil di parkir disitu karna ada jalan masuk kesana dari jalan Asia afrika setelah satu gedung tua yang dulu nya Apotek PKPN sudah dibongkar rata dengan tanah.. beberapa orang muncul dengan sorot mata curiga menghampiri.ku salah seorang bertanya ,, mas,. anda siapa dan ada perlu sama siapa datang kesinih..?, aku cuma tersenyum ,. orang itu terbelalak sambil berseru : Anjriit , kirain teh siapa geuning urang jakarta. lalu muncul beberapa orang lagi.. mereka semua adalah teman sepermainan waktu kecil yang kini sudah beranjak tua , seperti hal nya aku , tegur sapa menanya kan kabar masing masing berhamburan dalam bahasa sunda aku masih fasih bicara bahasa ini , yang tak berubah disini adalah ke akraban dan keramahan mereka hampir semua teman temanku mengajak singgah kerumah nya Tawaran menginap aku tolak dengan halus karna tengah malam nanti aku harus sudah ada di jakarta untuk urusan pekerjaan..setelah puas meluap kan rasa rindu selepas magrib aku pun pamit. beberapa orang meng hantar ku hingga ke tepi jalan, kulihat dari sorot mata mereka yang berharap agar suatu saat aku datang lagi kesana..

UNGKLUK
Ungkluk adalah sebutan untuk perempuan PSK di bandung atau dimanapun di jawa barat , tahun 70 an ada banyak sekali Ungkluk yang mangkal di jalan Tamblong ini salah satu nya adalah ,Teh E’en, perempuan asal cianjur , dia suka membeli kan aku Bandros , atau kue pancong ,Waktu itu aku kira kira baru berumur 10 / 11 tahun..sepintas dia tak seperti PSK karena belum pernah aku dengar dia bicara saru atau porno tutur kata nya selalu menggunakan bahasa sunda yang halus .dan sopan tak seperti Ungkluk lain dan terlebih lagi wajah nya Cantik dengan tahi lalat kecil di bibir kanan, ke akraban ku dengan Teh E’en karena dia sering mengguna kan ku sebagai ”anak Untulan ‘ atau anak pancingan dalam rangka usahanya mencari Pelanggan di tempat ramai seperti alun alun dan sekitar nya .aku sering menemani nya berjalan kaki dari jalan tamblong ke alun alun yang tak seberapa jauh Aku tak begitu mengerti apa tujuan sebenar nya dia mengajak ku jalan jalan dan nonton bioskop dan membelikan kan aku permen ,kadang Teh Ee'n berhasil mendapat pelanggan terkadang tidak , suatu malam ketika Teh E’en betemu dengan seorang laki laki setengah baya bermobil merk Impalla dan berbincang sebentar kemudian dia berbisik kepada ku sambil menyelip kan uang ke kantong baju ku sambil berbisik : kamu pulang saja ya,.. teteh mau pergi dulu , besok kita ketemu lagi di tempat biasa Begitu lah hampir setiap malam aku dan teh E’en semakin ,,Kompak ” aku yang masih kelas 4 SD waktu itu sudah bisa cari uang saku sendiri bahkan bisa membantu orang tua menambah biaya sekolah karna Teh E,en sering memberi ku uang,lama lama aku mengerti bagaimana dan darimana persis nya Teh E’en sering memberi ku banyak uang..kurang lebih dua tahun hampir setiap malam aku menemani teh Een menjalan kan Profesi nya sebagai PSK disela waktu luang Teh Een sering berbincang tentang kehidupan masa lalu nya , pertama ia datang ke bandung setelah lulus SMP bekerja sebagai pelayan toko kain di bilangan alun alun bandung sampai suatu hari anak Laki laki pemilik toko memperkosa nya dan sang majikan memecat nya dengan memberi uang alakadar nya begitulah menurut penuturan nya sampqai Ia terdampar dijalan Tamblong Ketika lulus SD aku pindah ke Jakarta . bersamaan dengan itu aku tak pernah lagi berjumpa dengan Teh E’en . menurut Mang I.im seorang tukang becak yang juga mangkal di jalan Tamblong teh E’en sudah di nikahi oleh seorang pengusaha duda yang lumayan kaya ,ku meresa lega karna hubungan ku dengan teh Een akan tetap jadi rahasia kami berdua,

Rentetan kenangan puluhan tahun yang lalu , bukan sekedar perasaan sentimentil biasa yang ter cecer sepanjang jalan ini , tapi lebih dari itu adalah perkenalan ku pada seni musik dan teater sejak kecil yang sering aku lihat di gedung JPK di jalan Naripan disamping kesenian tradisional dan kontemporer .,di dimana Remy sylado , Harry Roesli , dan para tokoh seniman Bandung ber ekspresi , Bisa jadi yang membawa ku datang ke tempat ini bukan hanya kenangan masa kecil dan rasa kangen saja, tapi juga sepenggal syair lagu lama , dari Remy sylado

Malam masih hidup tapi tinggal kerangka di jalan Tamblong 
Pulang lah hati yang sunyi pada milik nya menawarkan dusta,..